Categories
Sinopsis buku 3A4

Punk Marketing

Punk Marketing adalah buku yang terbit tahun 2010 ditulis oleh Richard Laermer & Mark Simmons. yang membahas mengenai cara marketing yang berbeda di masa peralihan dari analog ke digital. Walau demikian nilai nilai dasar marketing yang tidak lekang dimakan waktu tetap bisa segar menjadi pengingat kita.

Richard Laermer adalah seorang  penulis FullPR frontal dan Trendspotting dan host Unspun Radio, dia adalah CEO RLM PR.

Mark Simmons adalah seorang punk terkemuka dengan pengalaman marketing lebih dari 18 tahun pernah bekerja di Amerika Serikat dan juga Eropa .Dia membantu membuat Coca-Cola genap lebih besar di seluruh dunia . Dia juga mendirikanBiro iklanAnti-Corp.

Buku Punk Marketing memang diterbitkan di jaman Blackberry dan di jaman Instagram belum sepopuler sekarang, apalagi Covid 19. Walaupun buku ini ditulis 10 tahun yang lalu namun didalamnya masih ada esensi marketing yang bisa ambil hikmahnya.

KILL THE MIDLE MAN – BUNUH PERANTARA

Pada masa buku ini ditulis di 2010, Dunia digital tidak semarak sekarang, namun esensinya tetap sama, perkembangan teknologi memungkinkan kita untuk menjual barang tanpa perantara. Kita bisa mempost di Instagram , Facebook, Blog , Youtube dan lainnya.

Membuat konten yang tampak profesional juga menjadi lebih mudah dengan kehadiran platform sepeti canva.com yang memudahkan orang untuk membuat materi promosi yang cantik.

Dengan berinteraksi langsung dengan konsumen juga membuat diri kita menjadi semakin sadar akan kondisi pasar yang pada akhirnya membuat kita bisa bergerak cepat.

BRAND NOT BLAND – MEREK YANG TIDAK HAMBAR

Didunia sekarang ini banyak sekali brand yang saling berkompetisi untuk mendapatkan perhatian kita, karena itu Merek kita tidak boleh menjadi hambar, perlu outstand , tampil menarik sendiri , berbeda dari yang lain.

Hal yang perlu diperhatikan didalam membuat merek yang tidak hambar adalah :

1. DESIGN

2. FUNGIONALITAS

THE SELL PHONE – JANGAN ABAIKAN SALURAN DISTIRBUSI HAPE (terjemahan bebas)

Ditahun 2010 penggunaan smartphone tidak seperti sekarang, tidak tergantikan. Jadi untuk materi ini saya rasa kita sudah lebih mengerti betapa pentingnya untuk selalu melibatkan smartphone didalam cara kita berjualan.

Beberapa tambahan dari saya mengenai topik ini.

1. Gunakan social media yang sedang popular.

2. Gunakan image dan materi promo dengan ukuran yang sesuai dan bisa di akses dari Hape

3. Gunakan Instant Messaging yang populer seperti WA untuk sarana komunikasi dengan pelanggan

4. Gunakan juga email dan alat promosi internet lainnya, sepeti email newsletter dan lainnya.

CAPTIVE  CONSUMER – KONSUMEN YG TERPUKAU (terjemahan bebas)

Produsen tidak lagi mengontrol konsumen seperti dimasa lalu (Tahun 50an) ketika pilihan produk terbatas dan akses ke sarana informasi terbatas.

Sekarang konsumen bisa mendapatkan informasi perbadingan produk dengan mudah karena itu sebagai brand kita harus tampil Jujur dengan tidak overselling dan tampil menarik dengan menampilkan kehebatan produk produk kita.

Cara yang terbaik untuk ini adalah dengan memfasilitasi konsumen untuk bisa memilih sendiri layanan yang diinginkan dengan menciptakan beberapa segmen.

NOW IT’S STORY TIME – SAATNYA BERCERITA

Di tahun 2010 ketika saya pertama kali membaca ini saya mengira bahwa ini berarti bahwa setiap brand harus punya cerita yang ditampilkan ke masyarakat, memang ini sangat ideal dan mudah untuk dibicarakan namun sulit untuk di impelementasikan.

Sekarang di tahun 2020 saya lebih mengerti, sebuah cerita dapat dengan mudah kita buat dengan meminta testimonial dari pelanggan kita, dengan menjahit satu testimoni ke testimoni yang lain kita dapat merangkai sebuah cerita mengenai brand kita.

THE POWER CHARTER – Ini adalah deklarasi yang ada di Buku Punk Marketing – sebenarnya ini adalah titik fokus buku Punk Marketing

Punk Marketers of the World:

1. Consumers are looking to us to help simplify their lives so we will do our utmost to help them get simple.

2. Consumers have a right to expect a clear education about products being offered to enable them to make informed choices. That is our duty. Labeling should make it easy for consumers to quickly grasp what the product does and what it contains.

3. We are responsible for keeping the number of choices to a minimum: less is most defenitely it.

4. Each product variant, line extension, or subbrand should be distinctive form any other we offer and meet a real consumer need.

5. Me-too products that copy competitor items without trying to offer a distinct point of differentiation represent lazy thinking.

6. We need to use our marketing prowess responsibly and only when we have something meaningful to say.

7. Marketing foisting itself upon consumers is offensive. It will create antagonism to the brand in particular and marketing ways.

8. There are no-go places marketing professionals need to respect at all times. That’s right, Coke, at all times. Leave the potty alone.

9. We need to do more listening and learning from signals we get from consumers about their feelings toward marketing.

10. As marketers we will take the high ground and be a champion for consumers

yang diterjemahkan ke Indonesia dengan bebas menjadi :

1. Konsumen berharap kita bisa membantu mereka menyederhanakan hidup mereka. Ini adalah tugas kita untuk membuat hidup mereka menjadi lebih sederhana.

2. Konsumen berhak mendapatkan edukasi produk yang ditawarkan dengan jujur. Label yang kita gunakan harus membantu konsumen lebih mudah untuk mengetahui apa fungsi produk / layanan kita.

3. Kita bertanggung jawab untuk menekan seminimum mungkin opsi yang kita berikan ke konsumen.

4. Setiap varian produk, pengembangan lini atau sub-brand harus berbeda secara nyata dari brand lain yang kita miliki dan benar benar menjawab kebutuhan konsumen.

5. Produk Me-too yang mencontek saingan tanpa melakukan pembedaan apapun adalah hasil pemikir yang malas. (Jangan lakukan ini, selalu sediakan pembeda)

6. Gunakan kekuatan marketing kita secara bertanggungjawab dan gunakan hanya ketika kita punya hal yang bernilai untuk disampaikan.

7. Melakukan marketing secara berlebihan ke konsumen adalah hal yang kasar.

8. Ada area marketing yang memang tidak boleh di utak atik , belajar dari coca cola yang mencoba merubah rasa dan akhirnya malah merusak brand sendiri.

9. Dengarkan konsumen Anda lebih sering dan belajar dari feedback mereka.

9. We need to do more listening and learning from signals we get from consumers about their feelings toward marketing.

10. Sebagai marketers (orang pemasaran) kita akan berusaha sekuat tenaga mendaki bukit dan menjadi jagoan untuk konsumen kami.